MUBA- Masih mengenakan kemeja batik berwarna kuning, tampak Minggu (8/11/2020) siang Bupati Muba Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA menghampiri Masjid Raya H Abdul Kadim yang berada di Desa Epil Dusun I Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin.
Belakangan ini, Masjid yang dibangun oleh keluarga besar Prof Khadim yang merupakan putra asli Desa Epil ini menjadi masjid yang diperbincangkan oleh masyarakat.
Betapa tidak, Masjid yang berdiri diatas lahan lahan seluas 5.625 meter persegi ini disebut-sebut menjadi masjid yang termegah dan mempunyai ornamen-ornamen unik.
“Saya berkeyakinan Masjid Raya H Abdul Kadim ini akan menjadi pusat destinasi religi baru di Indonesia dan memberikan kontribusi positif untuk Kabupaten Muba,” ungkap Mantan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumsel dua periode tersebut.
Mustasyar PWNU Sumsel ini juga mengatakan, Pemkab Muba siap memback up dan turut andil memfasilitasi penunjang kebutuhan proses pembangunan Masjid Abdul Kadim tersebut.
“Karena saat ini lahan parkir masih terbatas, kami mempersilahkan para pengunjung masjid Abdul Kadim untuk parkir di halaman SD Negeri 1 Desa Epil yang berada tepat disamping Masjid Abdul Kadim,” ulasnya.
Dewan Pembina GP Ansor Sumsel ini menambahkan, dengan keberadaan masjid Abdul Kadim ini tidak hanya diharapkan menjadi destinasi wisata religi baru tetapi juga menjadi andil meningkatkan ibadah masyarakat.
Arsitektur Bangunan Masjid Raya Abdul Kadim, Surya menceritakan
pembangunan Masjid H Abdul Kadim ini dimulai pada April 2018 lalu yang mempekerjakan pegawai bangunan sebanyak 70 orang.
“Sejumlah material dan ornamen ada yang didatangkan dari pulau Jawa dan ada juga yang Impor dari Italia seperti marmer lantai dan dinding,” ungkapnya.
Untuk konsep bangunan Masjid, lanjutnya tidak ada konsep secara khusus, hanya saja masjid yang memiliki Kuba diatas ketinggian 24 meter tersebut akan dibuat menjadi tempat senyaman mungkin agar khusyuk beribadah.
“Sebenarnya pemilik Masjid tidak ada keinginan konsep khusus, kita juga di lapangan instan saja mendesain arsitektur bangunannya,” kata Surya.
Pantauan di lokasi Masjid H Abdul Kadim, uniknya dibagian depan Masjid tampak ada ornamen Broken Chair yang sama persis dengan yang di Kantor PBB Jenewa Swiss yang didirikan pada tahun 1997 sebagai bentuk sebuah penolakan terhadap kekerasan bersenjata terhadap warga sipil.
Keberadaan ornamen Broken Chair di halaman depan Masjid H Abdul Kadim ini juga diceritakan M Zuli salah satu pengurus Yayasan Ar Rohim yang merupakan Yayasan Masjid H Abdul Kadim. Zuli menceritakan, keberadaan ornamen kursi patah tersebut merupakan keinginan pemilik masjid.
“Filosofi-nya kalau sedang duduk memimpin jangan lalai dengan agama dan ibadah,” ujar Zuli.
Zuli menambahkan, ornamen Broken Chair atau kursi patah tersebut dibuat dari kayu Unglen yang dipesan langsung dari pulau Jawa. “Jadi Broken Chair di dunia ini ada dua, satu di Swiss dan satunya lagi di Masjid H Abdul Kadim Desa Epil Muba,” bebernya.
Sementara itu, Camat Lais Demon Eka Suza SSTP MM mengatakan, atas keinginan sang pemilik masjid H Abdul Kadim nantinya juga akan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata religi.
“Nanti akan disiapkan spot foto dan juga dipajang beberapa kendaraan kuno yang akan diletakan di halaman belakang masjid,” ucap Demon.
Demon menambahkan, di Masjid H Abdul Kadim yang saat ini dikelola oleh Yayasan Ar Rohim ini juga nantinya setiap tahun akan mencetak 10 hafiz dan hafiza Alquran.
“Sang pemilik ingin setiap tahun Masjid H Abdul Kadim bisa mencetak minimal 10 hafiz dan hafiza Quran,” tandasnya.(ril)