Jakarta – Sejumlah penulis dan penyair membuat program unik merespons pandemik Covid-19. Mereka merekam suasana batin pandemik itu, sekaligus berderma.
“Dalam hidup mungkin hanya sekali saja generasi ini mengalami pengalaman tragis seperti pandemik virus corona. Penting para penyair dan penulis menggali aneka kisah yang menyentuh. Ini akan menjadi karya abadi yang akan dirujuk generasi mendatang,” ujar Denny JA, penggagas puisi esai di Jakarta, Kamis (2/4/2020).
Menurut Denny, puisi esai mini sangat sesuai untuk keperluan di atas. Puisi esai memfiksikan true story, true event, peristiwa sebenarnya. Berbeda dengan jurnalisme biasa, puisi esai lebih masuk pada dimensi interior, sisi psikologis para pelaku.
Namun, kata dia, berbeda pula dengan puisi biasa. Puisi esai berangkat dan memfiksikan kisah sebenarnya. True event itu berikut sumber beritanya tetap disertakan dalam catatan kaki. Ini puisi dengan catatan kaki layaknya paper ilmiah. Kata mini di belakang puisi esai menunjukkan panjang puisi tak melebihi 5.000 karakter.
Denny JA merekam kisah seorang suami yang istrinya meninggal karena virus corona. Betapa terpukul sang suami. Ia tak boleh memeluk mayat istrinya, dilarang memandikan, tak boleh mencium keningnya, dan dilarang membopong jenazah masuk ke liang lahat.
Sudah disusun protokol pemakaman. Bahkan, sang suami diminta tak perlu menghadiri pemakaman istri yang dilaksanakan di subuh hari. Walau sudah menjadi jenazah, tubuh itu masih bisa menularkan.
Penyair lain menceritakan kisah perawat virus corona yang akhirnya menemui ajal. Ada pula kisah potret kota Jakarta yang seperti kota mati. Ada yang menceritakan korban yang sudah siap mati tapi malah bisa sembuh. Ada yang menceritakan kisah pribadi yang harus menunda pernikahan.
Panitia program ini, Kelompok Studi Proklamasi dan Ikatisa31 menyediakan Facebook untuk aneka penyair atau penulis mengirimkan karya. Nama facebooknya: Berderma melalui Puisi Esai Mini.
Tak hanya penulis dari Indonesia. Bahkan direncanakan penyair dan penulis negara ASEAN akan ikut serta.
Disebutkan, tak hanya menampung puisi esai, panitia juga memberikan derma. Akan dipilih 50 puisi esai mini dari 50 penulis yang dianggap berhasil merekam batin zamannya.
Hadiah uang untuk penulis yang terpilih akan dibelikan alat perlindungan diri (APD). APD segera diserahkan kepada tenaga media. Nama penulis yang terpilih akan dituliskan sebagai pemberi bantuan tersebut.
“Ini kepedulian penulis dan penyair di era virus corona. Mereka tak hanya merekam momen tragedi ini dalam puisi. Mereka juga berderma,” ujar Denny,